#BFA2019: Tips Berbisnis, Jangan Memulai Supaya Terlihat Keren

Helga mengatakan bahwa tiga poin penting dari memulai berbisnis adalah, “Find your way yang lebih besar dari hanya mencari uang. Yang kedua, persistensi, konsistensi, fokus. Dan, yang ketiga punya ability untuk belajar terus menerus."

Sedangkan menurut Aurelia, “Research, proper planning dan strategi, dan juga keberanian." “Yang pertama, harus punya ide yang bagus. Kemudian, percaya kepada diri sendiri. Terakhir, eksekusinya juga jangan ketinggalan! Jadi, terkadang, idenya sudah bagus dan kreatif tapi eksekusinya berantakan,” tutur Merrie.

“Ada banyak cara yang lebih mudah untuk mencari uang,” ujar Helga. Ia mengatakan bahwa selain mencari keuntungan, seorang pebisnis perlu menemukan tujuan yang jelas dari bisnis yang didirikannya. Atau seperti yang dikatakan Aurelia, “harus ada sense of meaning di sana."

Meski ketiganya mengaku nggak pernah bercita-cita menjadi pebisnis, mereka menyetujui satu hal, bahwa bisnis itu perlu dijalani dengan passionate.

“Aku nggak kepikiran jadi entrepreneur, cita-citaku dulu pengen jadi marketing director-nya perusahaan-perusahaan internasional. Menurutku, sistem edukasi di Indonesia itu nggak terlalu mempromosikan bidang bisnis,” tutur Helga.

Merrie juga memaparkan hal yang serupa, menurutnya, “Edukasi Indonesia nggak mendidik kita untuk memilih passion dari awal. Kita dipaksa untuk memilih hanya yang ditujukan, jurusan IPA-IPS-Bahasa. Kita nggak terlatih mendengarkan kata hati.”

Menurut Aurelia, ada banyak hal yang bisa didapatkan dari pengalaman bekerja di perusahaan lain. “Kita bisa mendapatkan pengalaman, cara bekerja yang benar, dan yang terpenting willingnes to learn and to grow,” ujar Aurelia.

Helga pun menambahkan, “Pengalaman itu bisa menghemat biaya trial and error”.

Selain itu, menurut Merrie dengan kesempatan untuk bekerja di perusahaan orang lain kita dapat mempelajari sistem yang bekerja di sana. Merrie juga mengaku dia pernah melakukan riset terhadap bisnis “Burgreens” milik Helga dan membawa solusi dari permasalahan bisnis mereka ke perusahaannya sendiri.

Merrie bercerita tentang masa-masa awal ia merintis usahanya sembari kuliah S2. Pada momen itu, ia memiliki modal yang terbatas. Ia pun mengakalinya dengan mencari partner bisnis yang satu visi dan misi. “Ini sama kaya pasangan hidup sih. Rasanya kaya menikah. Kamu harus tanya mereka mau nggak menjalani suka dan duka bersama-sama,” tuturnya.

Bagi Helga, “the right investor will bring you to the next level!” Ia menyarankan kita untuk selalu memercayai intuisi ketika membicarakan bisnis dengan orang lain.

Pesan dari Merrie adalah, “Percaya sama diri kamu sendiri. Kalau kamu sudah cukup yakin kamu udah ngeriset, kamu merasa kamu bisa melakukan itu just do it. Karena di fase awal ada banyak yang meragukan kamu. Jangan sampai kamu juga meragukan diri kamu sendiri."

Sedangkan, Aurelia berpesan, “Find your definition of success. Sukses itu berbeda untuk tiap orang, dan sangat penting untuk menemukan apa sih artinya sukses itu bagi kamu sendiri. Kalau begitu sudah memulai bisnis itu pasti akan menemukan banyak sekali percobaan dan kesusahan a long the way, tapi jangan membuat itu jadi sesuatu yang membuat kamu menyerah tapi jadikan itu sebagai challenges."

Terakhir Helga menyampaikan pesannya, “Jangan bisnis karena hanya ingin keren atau ingin ikut-ikutan orang. Karena bisnis itu it's not something easy, you’ll find a lot of challenges. Millenials menurutku harus siap mental untuk capek.”