Ini merupakan istilah yang diberikan untuk memanggil para perempuan yang dijadikan budak pelacuran paksa untuk tentara Jepang. Korbannya mayoritas berasal dari Korea, Malaysia, Tiongkok dan tak terkecuali Indonesia.
Perempuan-perempuan itu dijemput paksa dari keluarganya dan ditempatkan dalam sebuah rumah yang disebut sebagai "rumah bordil". Tujuannya adalah untuk mempermudah tindak perkosaan di setiap wilayah yang didiami oleh tentara Jepang. Di dalamnya, tak hanya perempuan Indonesia, mereka juga menahan perempuan keturunan Tiongkok, Belanda, Prancis, dan Portugis.
Para tentara akan datang setiap harinya untuk memperkosa mereka. Bahkan mereka juga tak ragu memukul, menampar dan bahkan menikamnya hingga mati ketika perempuan itu melawan. Suntik kontrasepsi yang tidak dilakukan secara steril juga sering dilakukan agar para jugun ianfu tidak hamil.
Dilansir BBC, tak terbayangkan betapa buruknya perlakuan tentara Jepang terhadap ianfu hingga mayoritas dari mereka mengalami kerusakan rahim. Pemerintah Jepang telah meminta maaf akan kejadian dalam Perang Dunia II ini. Namun, hal itu tentu tidak sebanding dengan luka fisik dan mental yang dibawa para penyintas ianfu seumur hidupnya.
Disclaimer: artikel ini sudah pernah tayang di laman IDNTimes.com dengan judul "Dari Romusha hingga Jugun Ianfu, 7 Kekejaman Penjajahan Jepang" ditulis oleh Izza Namira