Kesetaraan gender dalam berbagai bidang pekerjaan kini terus digalakan demi mendukung kesempatan dan hak yang sama bagi masing-masing individu. Tak terkecuali di industri film. Bidang ini memang didominasi oleh kaum laki-laki. Namun, hal tersebut tentu bukan halangan untuk perempuan agar dapat ikut membuat karya sesuai dengan keinginan mereka sendiri.
Dalam acara virtual diskusi panel yang diselenggarakan oleh Sundance Film Festival: Asia 2021, beberapa narasumber perempuan yang datang dari industri perfilman mendiskusikan hal ini. Mereka adalah Nia Dinata (Berbagi Suami), penulis skenario Gina S. Noer (Habibie & Ainun), produser Susanti Dewi (Moammar Emka's Jakarta Undercover), Sue Turley (SVP XRM Media) dan Amanda Salazar (Head of Programming and Acquisitions of Argo).
Kelima perempuan tersebut berbagi pandangan soal bagaimana peran perempuan di industri perfilman masih kalah jumlah dibandingkan laki-laki. Namun, tentu hal ini bukanlah halangan bagi perempuan untuk menunjukan kemampuan dirinya dan membuat karya.
“Dunia ini memang sudah menjadi tempat yang lebih baik bagi perempuan. Ini juga berkat perempuan-perempuan sebelum kami yang telah memperjuangkan kesetaraan dalam industri ini. Kuncinya ada pada funding yang berfokus pada perempuan. Pendanaan yang tersasar dapat menyediakan kondisi kerja yang lebih aman, menghasilkan lebih banyak peluang untuk berkolaborasi, memperkuat suara perempuan, dan membantu mereka dalam mengatasi tantangan berbasis gender yang menghambat kemampuan mereka untuk bekerja di lapangan," ungkap Amanda Salazar.
Meski saat ini dunia sudah mulai mengakui bahwa perempuan juga bisa memiliki dan menduduki peran penting di berbagai sektor industri, tetap saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan kembali. Ini dimaksudkan agar perbandingan perempuan dan laki-laki dalam industri menjadi sama, yakni 50:50.
Hal apa yang perlu diperhatikan tersebut?