Sebutan ‘pelakor’ atau perebut laki orang kerap disematkan kepada perempuan yang merupakan pasangan selingkuh seorang laki-laki yang sudah memiliki istri atau pasangan. Istilah tersebut begitu akrab di telinga kita. Ketika melihat sejumlah pemberitaan media yang menceritakan perselingkuhan para selebriti, sosok pelakor inilah yang selalu disorot. Dia juga yang sering mendapatkan kecaman, ejekan, hingga bertahun-tahun kejadian perselingkuhan itu berlalu, sosok pelakor tetap diingat.
Contohnya saja ketika perselingkuhan antara Angelina Jolie dan Brad Pitt, ketika Brad Pitt masih berstatus suami dari Jennifer Aniston. Sosok Angelina lalu dibanding-bandingkan dengan Jennifer. Hingga akhirnya Angelina menikah dengan Brad lalu bercerai dengannya, kejadian itu dikait-kaitkan kembali dengan perselingkuhan yang dulu pernah terjadi. Bahkan ketika mereka yang terlibat sudah move on, netizen yang hanya menjadi penonton seakan-akan tak bisa melupakan si pelakor.
Berita terbaru adalah tentang perselingkuhan antara Nissa Sabyan dan keyboardis grup musik Sabyan Gambus, Ayus. Nissa pun langsung mendapat cap sebagai pelakor dan menerima kecaman dari netizen.
Tapi kenapa, sih, kita atau masyarakat pada umumnya lebih fokus pada sosok pelakor alias perempuan saat sebuah perselingkuhan terjadi? Ini beberapa alasannya dan kenapa seharusnya kita berhenti menggunakan istilah pelakor.
