4 Nasihat Klise Ini Justru Membahayakan Pernikahan, Apa Saja?

08 Jul 2022, 09:40 WIB

unsplash.com/Jeremy Wong Weddings

Rumah tangga dan hubungan pernikahan sejatinya membutuhkan kerja sama dari suami dan istri, guna memastikan setiap permasalahan bisa terselesaikan dengan baik. Namun sayangnya, terkadang ada intervensi atau gangguan dari pihak lain yang ikut campur dalam urusan pernikahan.

Meski memiliki niat baik seperti untuk memberi nasihat, nyatanya tak semua saran dari orang lain bisa membantu. Bahkan terkadang, ada beberapa nasihat yang justru bisa merusak ikatan di antara pasangan, hingga akhirnya membahayakan pernikahan.

Untuk menghindarinya, kamu perlu mengetahui apa saja nasihat klise dalam pernikahan yang justru bisa menjadi bumerang. Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya hal-hal buruk bagi pernikahanmu. Simak ulasannya berikut.

1. Larangan tidur dalam keadaan marah setelah bertengkar

pexels.com/Ivan Oboleninov

Pertama, kamu mungkin akan menerima nasihat mengenai cara-cara menghadapi pertengkaran dalam pernikahan. Untuk beberapa hal, bisa saja nasihat-nasihat tersebut benar-benar membantu kamu dalam mengatasai masalah yang ada.

Di sisi lain, ada juga nasihat klise, seperti yang mengatakan tidak boleh tidur dalam keadaan marah usai bertengkar. Nasihat tersebut justru salah dan tak perlu dilakukan. Sebab nyatanya, tidur dalam keadaan marah justru mampu menghindari masalah menjadi lebih besar.

Saat marah, sering kali tindakan atau ucapan kita bisa melukai orang lain. Daripada memaksakan diri Oleh karena itu, lebih baik kamu tidur sampai merasa tenang dan siap menyelesaikan masalah dengan pikiran yang lebih terbuka.

2. Ungkapan bahwa luka akan sembuh dengan sendirinya seiring waktu

Pexels.com/Masha Raymers

Selanjutnya, banyak juga orang-orang yang memberi nasihat dan berkata bahwa dalam pernikahan, setiap luka akan sembuh dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Nasihat seperti ini seolah mendorong pasangan untuk menyembunyikan perasaan dari satu sama lain.

Padahal nyatanya, waktu tidak pernah bisa benar-benar menyembuhkan luka, bila luka tersebut tidak dibicarakan dan pasangan tidak berusaha menemukan solusinya. Sebab, dalam pernikahan dan bahkan setiap hubungan, cara terbaiknya adalah menghadapi masalah secara langsung dan menyelesaikannya.

Selain itu, perlu diingat pula bahwa setiap masalah, baik itu masalah keuangan, pola asuh anak, pembagian tugas kerja, hingga masalah besar seperti perselingkuhan sekalipun, akan terus terjadi bila tidak pernah diselesaikan hingga tuntas.

3. Membiarkan dan mengandalkan suami untuk melakukan langkah pertama

Envanto Elements

Nasihat klise dalam pernikahan selanjutnya adalah nasihat yang berkaitan dengan kehidupan seks kamu dan pasangan. Yaitu, nasihat untuk selalu membiarkan dan mengandalkan laki-laki untuk melakukan langkah pertama dalam memulai hubungan intim.

Padahal sebenarnya, baik suami maupun istri, keduanya bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Daripada selalu menunggu pasangan yang mengambil inisiatif, tak ada salahnya untuk bergerak lebih dulu, lho, Bela! Hal ini juga dilakukan untuk menghindari rasa marah atau kecewa, bila pasangan tak kunjung mengambil langkah.

4. Memiliki anak mampu menyelamatkan pernikahan yang mulai retak

unsplash.com/Kelly Sikkema

Terakhir, mungkin kamu pernah mendengar nasihat bahwa memiliki anak mampu menyelematkan hubungan pernikahan, terutama jika penikahan mulai retak dan renggang. Nah ternyata, nasihat seperti itu termasuk nasihat klise yang justru bisa membahayakan rumah tangga, lho, Bela!

Pernikahan yang mulai retak dan selalu diliputi ketegangan bukanlah waktu terbaik untuk memiliki anak. Sebab, kehadiran anak disertai pula dengan munculnya tugas dan tanggung jawab bersama, untuk memastikan anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Bila masih sering bertengkar, tugas untuk menjaga dan membesarkan anak justru berpotensi terbengkalai. Jadi, daripada terburu-buru memiliki anak demi menyelamatkan pernikahan, lebih baik selesaikan dahulu masalah yang ada, baru bersama-sama menyusun hidup sejahtera bersama anak.