Pemberian Dari Lelaki Pilihanku

Tidak pernah dia mementingkan pekerjaan atas aku. Atau bila memang bisa dipindahkan jadwalnya, akan diaturnya waktu khusus untuk bersamaku. Waktu adalah satu-satunya mata uang yang tidak bisa kubeli, dan dia tahu itu. Sebisanya dia hadir di waktu susah dan senangku, dia selalu ada di moment terpenting hidupku.

Atas segala kesalahan ku, untuk kebaikan ku, Ia menegurku dan memaafkan. Barangkali itulah kelebihannya, dia bisa menegurku sekaligus membuat aku ingin menjadi lebih baik. Untuk dia, untuk diriku, untuk anak - anak. Dia menegur dengan lembut, dengan keras, dengan menahan diri. Dia bicara padaku demi kebaikanku. Tapi dia tetap menghargai pilihanku, karena aku adalah juga pribadiku sendiri di matanya.

Di antara jauhnya jarak dan berbagai perbedaan kami, dia memahami kesukaan dan ketidak sukaanku. Dan, oh! ini tidak terjadi begitu saja! Kami bertengkar, berselisih paham, berbeda pendapat. Tapi dengan caranya, dia perlahan tahu cara menghadapi aku, dan itu adalah bukti dia berusaha memahami aku. Aku pun tak bisa tidak, belajar memahami gelagat dan pemikirannya bahkan sebelum dia ungkapkan padaku. Kami bertumbuh, berusaha menjadi baik karena ingin saling memahami.

Tetapi berkesan. Kami menyesuaikan posisi kami masing-masing dan kami selalu menyempatkan diri untuk liburan bersama. Jauh atau dekat tidak masalah, yang penting dia mementingkan aku di sana, dan aku mementingkan dia. Dia memperhatikan kesukaanku dan aku berusaha memberikan apa yang dia butuhkan. Dan tertidur di pelukannya adalah hal ternyaman di dunia, karena aku bisa memejamkan mataku dan tahu dia akan ada di sana besok.

Menampung manja dan egoisku, menerima kemandirian dan kekesalanku, berusaha menenangkan marah dan raguku. Bersama dia, lebih mudah bagiku untuk bersikap tenang dan lebih baik. Dialah samudra tempatku menemui kedamaian, sejuk, canda dan tawa. Barangkali sifatnya, barangkali juga pembawaannya yang ditempa banyak hal di masa lalu. Yang jelas, dia adalah samudra yang tidak berhentiku arungi.

Meski bukanlah darah dagingnya, dia bertanya, mengingatkan dan menerima bahwa kami adalah paket yang tidak bisa dipisahkan. Dia mengutamakan putraku di atas dirinya, yang akhirnya menempatkan dia sama pentingnya bagiku, anak-anaknya sama dengan anakku. Aku bisa bertanya, berdiskusi, membuat rencana terbaik bagi putraku, ia pun memberikan waktu sendiri kepada putraku tanpa diganggui oleh anak-anak biologisnya. Apalagi yang harus aku minta?

Bela, jika ditanya apa saja pemberian darinya, aku tidak tahu apa saja daftar pemberiannya. Bagiku, bukan pemberian yang penting, tetapi berbagi.